Wisata dan Eksotisme Nias
Bila anda baru pertama kali mendaratkan kaki di pulau Nias maka jangan
kaget bila mendengar sapaan Ya'ahowu!! Sapaan khas penduduk Nias bila
bertemu dengan seseorang.
Pulau yang terletak di samudra hindia ini mempunyai luas 5.318 kilometer persegi. Sebagaimana layaknya kebanyakan pulau pulau di Indonesia, maka Pulau Nias menyimpan sejumlah misteri serta keunikan keindahan alam terutama pantai begitu menggoda. Berbekal keindahan alam karunia Sang Pencipta, maka potensi Pariwisata Bahari di Pulau Nias sangatlah besar dan layak untuk dikembangkan, tersebar di hampir semua tempat yang terkenal dengan sebutan 100 pulaunya.
Bilamana anda menyukai Wisata budaya, maka budaya masyarakat Nias juga tidak kalah menarik dengan daerah lain. Pilihan utama tentunya pada Desa desa tradisional yang masih terpelihara di Pulau Nias dimana mereka masih menyimpan sejumlah peninggalan budaya nenek moyang.
Bilamana anda ingin berkunjung ke pulau ini, bisa dilakukan dengan transportasi laut maupun udara. Penerbangan yang melayani Medan Nias saat ini lumayan banyak dan ada beberapa maskapai. Penerbangan Medan Nias yakni dari bandara Polonia ke Bandara Binaka Gunung Sitoli memakan waktu 55 menit. Bilamana anda menyukai perjalanan laut, maka bisa ditempuh menggunakan KMP dari Sibolga ke Gunung Sitoli dan memakan waktu tempuh selama 8-10 jam.
Pulau Nias mempunyai beberapa wisata andalan yang sangat layak dikunjungi diantaranya adalah Pantai Muara Indah, Pantai Carlita, pantai Laowomaru, Gua Laowomaru, pantai Bunda, Miga, Air Terjun Onowaembo, dan Arah Namohalu. Disamping itu ada juga Gomo dimana terdapat peninggalan barang barang dari jaman megalitikum, pantai Lagundri Sorake, Pantai Moale, Gunung Lolomatua, Hombo Batu dan Rumah adat di Bawomataluo, Pulau-Pulau Batu, dan Pulau Telo.
Dibagian Nias Utara anda bisa mengunjungi Pantai Walo, Air Terjun Luaha Ndroi, Pantai Turogaloko, Lahewa, Pantai Turodawola Kecamatan Afulu, Pantai Toretolo, dan Pulau Makora. Dibagian Nias Barat anda bisa mengunjungi Pulau Asu-Hinako dan Pantai Sirombu.
Disamping itu, masih banyak lagi keindahan alam pulau nias yang tidak disebutkan diatas. Mengingat banyaknya tempat wisata dan aneka ragam budaya di Pulau ini, selayaknya bila pulau ini dikembangkan pemerintah Indonesia untuk menambah pundi pundi dollar dari sektor wisata. Bisa anda bayangkan wilayah indonesia yang sangat luas ini dan banyak dikaruniai alam yang sangat memikat hati hanya dikunjungi oleh 7~8jt wisatawan saja, bandingkan dengan singapore yang notabene sebuah pulau kecil bisa dikunjungi lebih dari 10jt wisatawan manca setiap tahunnya.
Eksotisme Kepulauan
Nias
Eksotisme Kepulauan Nias
Kepulauan Nias
Nias (bahasa Nias Tano Niha) adalah sebuah pulau yang terletak di
sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas
suku Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini
merupakan obyek wisata penting seperti selancar (surfing), rumah
tradisional, penyelaman, lompat batu.Pulau dengan luas wilayah 5.625 km²
ini berpenduduk 700.000 jiwa.
Eksotisme Kepulauan Nias
Pantai Saroke
Agama mayoritas daerah ini adalah Kristen Protestan. Nias saat ini telah
dimekarkan menjadi empat kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Nias,
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan
Kota Gunungsitoli.
Eksotisme Kepulauan Nias Suku Nias
Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam
bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono =
anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö
= tanah).
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut
fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai
kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan
oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih
ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.
Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana
tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan
ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang
ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama
berhari-hari.
Mitologi
Tari Perang
Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal
dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak
di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut
di atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada
zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari
Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang
dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau
Nias.
Penelitian Arkeologi
Penelitian Arkeologi telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 dan
hasilnya ada yang dimuat di Tempointeraktif, Sabtu 25 November 2006 dan
di Kompas, Rabu 4 Oktober 2006 Rubrik Humaniora menemukan bahwa sudah
ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam yang bermigrasi dari
daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik, bahkan ada indikasi
sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry Truman Simanjuntak dari
Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu hanya
budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias,
sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di
sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.
Budaya Nias
* Hombo Batu (Lompat Batu)
* Tari Perang
* Maena
* Tari Moyo
* Tari Mogaele
* Sapaan Ya'ahowu
* Fame Ono nihalõ (Pernikahan)
* Omo Hada(Rumah Adat)
* Fame'e Tõi Nono Nihalõ (Pemberian nama bagi perempuan yang sudah
menikah)
Dalam budaya Ono Niha (Nias) terdapat cita-cita atau tujuan rohani hidup
bersama yang termakna dalam salam “Ya’ahowu” (dalam terjemahan bebas
bahasa Indonesia “semoga diberkati”). Dari arti Ya’ahowu tersebut
terkandung makna: memperhatikan kebahagiaan orang lain dan diharapkan
diberkati oleh Yang Lebih Kuasa. Dengan kata lain Ya’ahowu menampilkan
sikap-sikap: perhatian, tanggungjawab, rasa hormat, dan pengetahuan.
Jika seseorang bersikap demikian, berarti orang tersebut memperhatikan
perkembangan dan kebahagiaan orang lain : tidak hanya menonton, tanggap,
dan bertanggungjawab akan kebutuhan orang lain (yang diucapkan :
Selamat – Ya’ahowu), termasuk yang tidak terungkap, serta menghormatinya
sebagai sesama manusia sebagaimana adanya. Jadi makna yang terkandung
dalam “Ya’ahowu” tidak lain adalah persaudaraan (dalam damai) yang
sungguh dibutuhkan sebagai wahana kebersamaan dalam pembangunan untuk
pengembangan hidup bersama.
Dan dari sekian banyak budaya yang ada di kepulauan Nias ada 1
kebudayaan yang cukup menarik untuk kita telusuri lebih jauh, budaya
Hombo Batu (Lompat Batu)
Batu yang mungkin anda bayangkan mungkin hanya batu kecil atau batu
berukuran sedang tapi yang kita bicarakan disini adalah batu dengan
tinggi setinggi orang dewasa bahkan lebih!
Hombo Batu (Lompat Batu)
Eksotisme Kepulauan Nias Lompat batu (hombo batu) merupakan tradisi yang
sangat populer pada masyarakat Nias di Kabupaten Nias Selatan. Tradisi
ini telah dilakukan sejak lama dan diwariskan turun temurun oleh
masyarakat di Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari).
Tradisi lompat batu sudah dilakukan sejak jaman para leluhur ,di mana
pada jaman dahulu mereka sering berperang antar suku sehingga mereka
melatih diri mereka agar kuat dan mampu menembus benteng lawan yang
konon cukup tinggi untuk dilompati.
Seiring berkembangnya jaman, tradisi ini turut berubah fungsinya. Karena
jaman sekarang mereka sudah tidak berperang lagi maka tradisi lompat
batu digunakan bukan untuk perang lagi melainkan untuk ritual dan juga
sebagai simbol budaya orang Nias. Tradisi lompat batu adalah ritus
budaya untuk menentukan apakah seorang pemuda di Desa Bawo Mataluo dapat
diakui sebagai pemuda yang telah dewasa atau belum. Para pemuda itu
akan diakui sebagai lelaki pemberani apabila dapat melompati sebuah
tumpukan batu yang dibuat sedemikian rupa yang tingginya lebih dari dua
meter. Ada upacara ritual khusus sebelum para pemuda melompatinya.
Sambil mengenakan pakaian adat, mereka berlari dengan menginjak batu
penopang kecil terlebih dahulu untuk dapat melewati bangunan batu yang
tinggi tersebut.
Sampai sekarang tradisi ini tetap eksis di tengah budaya moderen yang
semakin menghimpit. Semoga saja kita dapat melestarikan budaya ini agar
menjadi kebanggaan tersendiri untuk bangsa kita.
Suasana kepulauan yang indah, penduduk yang ramah, dan kebudayaan yang
menarik saya rasa cukup untuk menjadi alasan anda berlibur beberapa
minggu di pulau ini.
Eksotisme Kepulauan Nias
Read more at: http://adubook.blogspot.com/2012/11/eksotisme-kepulauan-nias.html
Copyright instingblogs.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution
Read more at: http://adubook.blogspot.com/2012/11/eksotisme-kepulauan-nias.html
Copyright instingblogs.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution
Eksotisme Kepulauan
Nias
Eksotisme Kepulauan Nias
Kepulauan Nias
Nias (bahasa Nias Tano Niha) adalah sebuah pulau yang terletak di
sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas
suku Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini
merupakan obyek wisata penting seperti selancar (surfing), rumah
tradisional, penyelaman, lompat batu.Pulau dengan luas wilayah 5.625 km²
ini berpenduduk 700.000 jiwa.
Eksotisme Kepulauan Nias
Pantai Saroke
Agama mayoritas daerah ini adalah Kristen Protestan. Nias saat ini telah
dimekarkan menjadi empat kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Nias,
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan
Kota Gunungsitoli.
Eksotisme Kepulauan Nias Suku Nias
Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam
bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono =
anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö
= tanah).
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut
fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai
kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan
oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih
ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.
Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana
tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan
ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang
ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama
berhari-hari.
Mitologi
Tari Perang
Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal
dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak
di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut
di atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada
zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari
Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang
dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau
Nias.
Penelitian Arkeologi
Penelitian Arkeologi telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 dan
hasilnya ada yang dimuat di Tempointeraktif, Sabtu 25 November 2006 dan
di Kompas, Rabu 4 Oktober 2006 Rubrik Humaniora menemukan bahwa sudah
ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam yang bermigrasi dari
daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik, bahkan ada indikasi
sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry Truman Simanjuntak dari
Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu hanya
budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias,
sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di
sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.
Budaya Nias
* Hombo Batu (Lompat Batu)
* Tari Perang
* Maena
* Tari Moyo
* Tari Mogaele
* Sapaan Ya'ahowu
* Fame Ono nihalõ (Pernikahan)
* Omo Hada(Rumah Adat)
* Fame'e Tõi Nono Nihalõ (Pemberian nama bagi perempuan yang sudah
menikah)
Dalam budaya Ono Niha (Nias) terdapat cita-cita atau tujuan rohani hidup
bersama yang termakna dalam salam “Ya’ahowu” (dalam terjemahan bebas
bahasa Indonesia “semoga diberkati”). Dari arti Ya’ahowu tersebut
terkandung makna: memperhatikan kebahagiaan orang lain dan diharapkan
diberkati oleh Yang Lebih Kuasa. Dengan kata lain Ya’ahowu menampilkan
sikap-sikap: perhatian, tanggungjawab, rasa hormat, dan pengetahuan.
Jika seseorang bersikap demikian, berarti orang tersebut memperhatikan
perkembangan dan kebahagiaan orang lain : tidak hanya menonton, tanggap,
dan bertanggungjawab akan kebutuhan orang lain (yang diucapkan :
Selamat – Ya’ahowu), termasuk yang tidak terungkap, serta menghormatinya
sebagai sesama manusia sebagaimana adanya. Jadi makna yang terkandung
dalam “Ya’ahowu” tidak lain adalah persaudaraan (dalam damai) yang
sungguh dibutuhkan sebagai wahana kebersamaan dalam pembangunan untuk
pengembangan hidup bersama.
Dan dari sekian banyak budaya yang ada di kepulauan Nias ada 1
kebudayaan yang cukup menarik untuk kita telusuri lebih jauh, budaya
Hombo Batu (Lompat Batu)
Batu yang mungkin anda bayangkan mungkin hanya batu kecil atau batu
berukuran sedang tapi yang kita bicarakan disini adalah batu dengan
tinggi setinggi orang dewasa bahkan lebih!
Hombo Batu (Lompat Batu)
Eksotisme Kepulauan Nias Lompat batu (hombo batu) merupakan tradisi yang
sangat populer pada masyarakat Nias di Kabupaten Nias Selatan. Tradisi
ini telah dilakukan sejak lama dan diwariskan turun temurun oleh
masyarakat di Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari).
Tradisi lompat batu sudah dilakukan sejak jaman para leluhur ,di mana
pada jaman dahulu mereka sering berperang antar suku sehingga mereka
melatih diri mereka agar kuat dan mampu menembus benteng lawan yang
konon cukup tinggi untuk dilompati.
Seiring berkembangnya jaman, tradisi ini turut berubah fungsinya. Karena
jaman sekarang mereka sudah tidak berperang lagi maka tradisi lompat
batu digunakan bukan untuk perang lagi melainkan untuk ritual dan juga
sebagai simbol budaya orang Nias. Tradisi lompat batu adalah ritus
budaya untuk menentukan apakah seorang pemuda di Desa Bawo Mataluo dapat
diakui sebagai pemuda yang telah dewasa atau belum. Para pemuda itu
akan diakui sebagai lelaki pemberani apabila dapat melompati sebuah
tumpukan batu yang dibuat sedemikian rupa yang tingginya lebih dari dua
meter. Ada upacara ritual khusus sebelum para pemuda melompatinya.
Sambil mengenakan pakaian adat, mereka berlari dengan menginjak batu
penopang kecil terlebih dahulu untuk dapat melewati bangunan batu yang
tinggi tersebut.
Sampai sekarang tradisi ini tetap eksis di tengah budaya moderen yang
semakin menghimpit. Semoga saja kita dapat melestarikan budaya ini agar
menjadi kebanggaan tersendiri untuk bangsa kita.
Suasana kepulauan yang indah, penduduk yang ramah, dan kebudayaan yang
menarik saya rasa cukup untuk menjadi alasan anda berlibur beberapa
minggu di pulau ini.
Eksotisme Kepulauan Nias
Read more at: http://adubook.blogspot.com/2012/11/eksotisme-kepulauan-nias.html
Copyright instingblogs.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution
Read more at: http://adubook.blogspot.com/2012/11/eksotisme-kepulauan-nias.html
Copyright instingblogs.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution
Tidak ada komentar:
Posting Komentar